Arsitektur post-modern muncul sebagai reaksi terhadap modernisme, menawarkan kebebasan desain yang lebih ekspresif dan penuh makna. Tokoh seperti Charles Jencks memperkenalkan konsep ini pada 1970-an, menggabungkan elemen modern dan tradisional untuk menghadirkan desain yang pluralistik. Arsitektur ini menolak batasan fungsionalisme ketat, memungkinkan penggunaan elemen dekoratif, bentuk simbolis, dan warna-warna kontras yang sebelumnya dianggap tidak fungsional.
Gaya post-modern juga menekankan pentingnya konteks sosial dan sejarah bangunan. Misalnya, bangunan seperti National Bank of Georgia di Tbilisi dan Museum Tsunami di Aceh menggabungkan struktur modern dengan elemen lokal yang bermakna. Pada Museum Tsunami, desain kolom dan ornamen melambangkan kekuatan dan solidaritas masyarakat Aceh. Arsitektur ini mencerminkan pengakuan terhadap warisan budaya dan kearifan lokal, menghadirkan elemen klasik yang berdampingan dengan gaya kontemporer.
Dengan fleksibilitasnya, arsitektur post-modern masih memberikan pengaruh pada desain modern. Pendekatan yang menekankan pada keberagaman dan keterhubungan ini menjadi solusi inovatif dalam menciptakan ruang yang tidak hanya estetis tetapi juga memiliki makna mendalam bagi masyarakat.